Fakta bahwa orang tua menikah dengan meninggalkan luka di hati orang lain memang bukan hal yang menyenangkan. Apalagi jika kita mengingat kalau dalam pernikahannya sering kali timbul percekcokan hebat. Hingga membuat salah satunya meninggalkan yang lain bersama buah hati mereka.
Anak kecil yang seharusnya terlimpah ruah dengan kasih sayang dari kedua orang tua. Harus merasakan pahitnya ditinggalkan ibu.
Meski pada akhirnya si ibu kembali merajut rumah tangga bersama ayah. Menjadi keluarga yang seolah harmonis (yang masih sarat akan perdebatan sengit).
Nyatanya, dia telah meninggalkan satu sosok kecilnya yang terluka di sana. Kelak di masa dewasa. Sosok ini sedikit banyaknya akan membawa pengaruh.
Yang tersisa hanya apakah sosok dewasanya akan punya kesadaran diri dan berusaha mencari cara untuk memulihkan inner child yang terluka itu.
Anak Kecil itu Menangis dalam Diri yang Sudah Dewasa
Saat masa dewasa, kita akan menghindari hal-hal yang berpotensi mencipta hal buruk seperti yang kita alami di masa kecil. Sebut saja pernikahan yang nggak sehat yang mencipta luka di hati orang lain.
Apalagi bagi kita yang percaya ada hukum tentang tabur-tuai. Kita akan merasa takut jika hal yang sama akan terulang. Dengan kita yang menjadi pihak yang tersakiti.
Nggak heran kalau kita merasa defensive pada setiap yang datang menghampiri. Merasa nggak dicintai dan kurang pantas untuk mereka.
Padahal sejatinya. Ada anak kecil menangis dalam diri kita yang sudah dewasa. Meraung karena terluka. Sehingga untuk meredakan tangis pilunya, kadang tanpa sadar kita memilih untuk menghindar saja.
Kalau sudah begini, bisakah kita mencapai luka performa bahagia?
Caraku Bantu Memulihkan Inner Child yang Terluka
Luka performa bahagia memang bukan sesuatu yang mudah. Prosesnya bisa sangat panjang. Mungkin sepanjang jalan kenangan itu sendiri. Hehehe… Lagu banget dah ah.
Tapi, beneran lho. Para pakar psikologi yang memberi materi pada event bertajuk Innerchild Healing Parade for Indonesia yang terlaksana karena kolaborasi antara ruang pulih, Komunitas SEO Moms dan Ibu-ibu Doyan Nulis pun menyampaikan hal yang serupa. Bahwa luka performa bahagia bukan hal yang mudah kalau kita menyiapkan ruang pulih untuk diri kita sendiri.
Begini cara sederhana untuk bantu memulihkan inner child yang terluka, yaitu:
1. Terima dengan Lapang Kondisinya
Kita harus punya kesadaran diri bahwa kejadian itu telah terjadi di masa lalu. Kita nggak punya kuasa untuk mengubahnya.
Pertama, karena kita bukan pelaku utama. Dan kedua, kita nggak bisa memutar kembali waktu yang telah berlalu.
Kita hanya perlu menerima semua kondisi itu dengan lapang dada. Sadari bahwa kita memang telah melalui memori itu. Nggak perduli seberapa menyakitkannya.
2. Peluk Erat dan Tenangkan Anak Kecil itu
Bayangkan saja! Ada seorang anak kecil di hadapan kita. Anak kecil yang serupa dengan kita di masa lalu.
Mungkin dalam bayangan kita, dia sedang menangis atau menatap kita dengan tatapannya yang terluka dan sebagainya. Nggak masalah.
Seperti layaknya anak kecil rewel lainnya. Dia hanya perlu pelukan erat dari kita. Berikan saja apa yang dia perlukan. Usap lembut punggungnya. Tenangkan dia. Kalau perlu sampai tangisnya mereda.
3. Katakan Padanya, Ini Bukan Salahmu Sayang
Setelah tangisnya mulai reda, rasa takutnya berangsur membaik. Lalu katakan padanya dengan lembut.
Semua itu bukan salahmu, sayang. Tersenyumlah sekarang!
4. Raih Bahagia jadi Proses dalam Memulihkan Inner Child yang Terluka
Terakhir, kita bisa raih kebahagiaan. Membiarkan inner child therapy bekerja secara efektif. Mencipta ruang pulih untuk diri kita di masa dewasa.
Aku tahu sih. Semua cara itu nggak bisa dengan mudah kita lakukan. Tapi, kita nggak bisa putus asa dan berhenti berusaha. Karena mau gimana pun. Kita harus bantu memulihkan inner child yang terluka.
Jika teman-teman butuh bantuan. Boleh follow instagram @ruangpulih dan kontak tim mereka untuk berkonsultasi. Semoga membantu.
Mantul nih solusinya, walau kadang susah prakteknya hehe