Kadang kita berpikir apa yang kita rasakan saat ini adalah akibat dari perbuatan kita sekarang. Semisal, kita jadi seolah enggan memiliki apapun. Berpikir hal ini karena kita merasa jelek.
Padahal belum tentu begitu. Lagian urusan penampilan ‘kan hanya masalah selera. Kita merasa jelek, bisa jadi orang lain nggak akan beranggapan begitu.
Apalagi jika ternyata kita adalah orang yang asyik dalam bergaul. Ringan tangan membantu orang lain. Hanya saja, kita seolah enggan untuk memiliki sesuatu. Katakan pasangan atau apalah.
Ada apa dengan kita?
Apa yang Kita Rasakan Saat ini?
Kadang ada sesuatu yang terjadi. Tapi, kita nggak tahu apa persisnya.
Kita ingin berkata kalau mental kita sedang sakit. Tapi, kita nggak pernah berkonsultasi pada ahlinya. Hanya sebatas kemungkinan yang kita dapatkan dari membaca berbagai sumber. Padahal itu belum tentu benar.
Lalu, seorang teman membagikan sebuah informasi mengenai sebuah event bertajuk Innerchild Healing Parade for Indonesia. Mungkinkah ini berhubungan?
Ah, aku enggan membayangkannya. Akan lebih baik jika aku mengikuti event ini dan mencoba mengenali diri lalu mencari jati diri.
Innerchild Healing Parade for Indonesia
Innerchild Healing Parade for Indonesia merupakan sebuah program yang diinisiasi oleh Mbak Intan Maria Lie dan Mas Adi Prayuda. Penulis buku bertajuk ‘Luka Performa Bahagia’.
Event ini merupakan sebuah rangkaian acara yang akan dihelat selama enam bulan sampai dengan setahun. Kita akan mendapatkan kesempatan mengikuti webinar sebanyak empat kali dari para orang-orang hebat.
Bukan hanya itu saja, kita juga mendapat kesempatan mengikuti coaching selama seminggu dari Praktisi Psikolog, Mbak Intan dan Dr. I Gusti Rai Wiguna SpKJ. Tentu, ini menjadi kesempatan yang sangat langka bagi kita.
Apa Kata Dr. Rai tentang Innerchild?
Pada webinar pertama, kita akan dikenalkan bahwasanya kepribadian sangat erat kaitannya dengan masa lalu. Bahkan Dr. Rai menyebutkan bahwa kepribadian dimulai dari dalam kandungan.
Kalau kita ingin anak kita menjadi tangguh. Maka, kita harus selalu tangguh saat anak masih dalam kandungan. Kira-kira begitu bayangannya.
Sehingga, kalau pun diri ini merasa nggak baik-baik saja. Kuncinya adalah kita harus memahami terlebih dahulu bahwa diri ini membutuhkan pemulihan. Kadang kala, kita merasa nggak baik-baik saja tapi cenderung abai. Masa bodoh gitu.
Hal ini tu kayak ada seorang yang sedang mengetuk pintu rumah. Tapi, kitanya cuek. Nggak perduli sama informasi yang mungkin dibawa oleh orang tersebut. Berharap dia akan pergi saat kita cuekin.
Padahal, bisa jadi dia akan kembali dengan membawa pesan yang lebih banyak lagi. Terus begitu sampai kita mau membukakan pintu.
Aku Menyebutnya Hantu Masa Lalu
Hal itu sama dengan saat kita merasa nggak baik-baik saja. Memiliki rasa nggak suka pada sosok seorang ayah yang seharusnya menjadi cinta pertama anak gadis. Hingga membuat kita enggan berbincang dengannya.
Ada apa dengan kita? Kita tahu bahwa mengabaikan orang tua itu nggak baik. Tapi, diri ini juga telah berusaha untuk menunjukkan respon yang baik. Bukan sekedar jawaban-jawaban singkat kala ditanya mengenai sesuatu.
Padahal, saat seorang teman memperhatikan sosok ayah kita, penilaiannya sangat baik. Like the real superman in our life. Bahkan dia merasa iri pada kita hanya karena menurutnya ayahnya nggak sebaik ayah kita.
Bisa jadi, ini adalah sebuah pertanda. Bahwa kita nggak baik-baik saja. Bahwa ada kisah menyakitkan yang selama ini berusaha kita lupakan. Kisah yang bersangkutan dengan sosok seorang ayah. Mungkin juga ibu ikut mengambil bagian.
Maka inilah saatnya kita mengenal apa itu innerchild. Dimana aku menyebutnya hantu masa lalu. Lalu bagaimana?
Belajar tentang Innerchild
Mas Adjie Santoso Putro mengatakan bahwa belajar tentang innerchild adalah belajar bagaimana berhadapan dengan ingatan atau memori kita sendiri. Dimana hal itu sudah terjadi di masa lalu. Tapi emosinya terbawa hingga masa kini.
Katanya, seorang anak membutuhkan beberapa aspek dalam rentang usianya masing-masing. Jika pada rentang waktu tertentu, si anak nggak mendapatkan aspek yang dibutuhkan, maka dia akan bermasalah dengan aspek tersebut.
Lalu Bagaimana Kita Berusaha Memulihkannya?
Ada begitu banyak cara. Salah satunya adalah dengan mengenali innerchild melalu buku ‘Luka Performa Bahagia’. Di program inilah, kita akan mencoba untuk mengurai segala masalah yang ada. Kemudian mereparenting atau mengasuh kembali masa kecil kita. Agar kita bisa lebih bahagia.
Atau melakukan beberapa langkah pemulihan, seperti:
- Menyadari ada yang nggak beres dengan kita.
- Mulai mencari tahu penyebab masalahnya.
- Uraikan masalah tersebut untuk mengetahui kita akan memulainya dari mana.
- Kita bisa memaknai masalah kita dari sudut pandang yang berbeda.
- Berlatih memberikan respon daripada bereaksi menghadapi masalah.
Selanjutnya, aku berharap kita menemukan innerchild kita melalui buku dan program yang sedang berjalan ini.
Jika Teman-teman ingin mengikuti program ini. Masih akan ada sekitar 2 webinar lagi. Silahkan teman-teman follow IG @ruangpulih untuk informasi terbaru.
Embrace Your Innerchild and be Happy.
Dari sini aku belajar bahwa masa lalu biarlah masa lalu. Namun kita harus berusaha memperbaiki di masa depan. Misalnya keluarga sekarang miskin. Aku selalu berusaha utk kerja keras agar keluargaku bahagia, minimal menjadi keluarga berkecukupan.
Aku sadar semua butuh perjuangan. Aku juga tak terlalu mengingat masa lalu. Namun yang pasti aku tetap bahagia di tengah keluarga kecil di sebuah desa.
Intinya, bahagia itu yang bikin kita sendiri kok. Tak perlu bergelimang harta, yang penting cukup saja. Cukup buat beli mobil, rumah baru, perhiasan baru dan pakaian baru. Hehehe..
It’s true, Kak Didik. Akhirnya jangan terpaku pada standart bahagia kebanyakan orang. KArena kita memiliki standart sendiri. Hehehee
Menarik memang jika kita bahas tentang innerchild…. suatu kondisi dimana kita dihadapkan dengan kondisi memori dan emosi tertentu atas kejadian di masa kecil. Innerchild sendiri bisa bersifat positif dan ada pula yang negatif.
AH benar. Kadang kita memaksa diri melupakan innerchild yang negatif sehingga sewaktu-waktu bisa menciptakan masalah sendiri… Bener nggak kak?
Penasaran dengan webinar selanjutnya. Jangan sampai ketinggalan di dua webinar sisanya ini. Bahasanya pasti akan lebih detail ya
Dan kita bisa tanya langsung (semoga) kalau ikut zoom nya
Betul, teh Okti…. Jangan lupa buat set kalender ya, Teh… Hehehee
Kalau kita ingin anak kita menjadi tangguh. Maka, kita harus selalu tangguh saat anak masih dalam kandungan. bener deh setuju banget. Semua dilatih malah sejak dalam kandungan.
Kalau inner child atau hantu masa lalu, sebenernya emang harus diterima dulu. Ngga bisa kan denial terus. Baru cari tahu penyebabnya.
Hooh.. Logikanya harus menerima dulu untuk kemudian mengasuh kembali. Kalau denial terus kan jadi merasa nggak ada masalah. Padahal banyak banget. Hehehehe
Ternyata kepribadian seseorang sudah terbentuk dari dalam kandungan ya, Mbak. Dan tergantung dari sang Ibu. Jadi ingat keponakan saya kuat makan pedes, soalnya waktu Ibunya hamil, kuat makan pedes hehehe.
Dan soal hantu masa lalu itu menarik sekali. Dan memang kita harus lepas dari gangguan untuk menjalani hidup lebih baik di masa sekarang dan mendatang nanti.
Benar, Pak Bambang. Sesuatu yang nggak menyenangkan di masa lalu. Meskipun kita coba lupakan tanpa membereskan. Malah bisa jadi sesuatu yang menghambat masa depan. Begitu sih sepemahaman Yuni… Hehehee
Jadi tertarik banget menemukan innerchild saya. Terkadang suka ada sesuatu yang aneh memberitahu di kepala tapi sering bingung dan waswas.
Nah, kalau memang bisa diselesaikan sendiri itu bagus, Kak Lin. Tapi kalau emang btuh bantuan ahlinya memang harus minta bantuan. Semangat, Kak Lina….
Mba ini innerchild itu apa semacam trauma masa kecil gitu? Maaf kalau saya salah tangkap, hehe…Jadi butuh terapi gitu mba?
Trauma ya… Mungkin iya. Sesuatu yang membentuk memory kurang menyenangkan dan membuat kita mungkin ingin melupakan tapi ternyata alam bawah sadar masih menyimpannya. Semacam itulah, Kak Erny….
Wah ada event kayak gini ya. Sungguh bermanfaat. Aku juga lately tau kalau apa-apa yang terjadi di masa kecil juga sangat mempengaruhi keadaan sekarang. Nomor 1 dan 2 soal cara pulih itu benar banget sih. Dimulai dari kesadaran kita dulu.
Kita memang harus menyadari bahwa ada sesuatu yang harus kita selesaikan dulu. Kemudian menerima bahwa sesuatu itu pernah terjadi pada kita. Gitu deh, Kak Eca…
Aku baru tau dari orang yang kukenal . Ternyata memulihkan innerchild itu susah yaa. Ada yang sampai tua belum sembuh juga loh. Dan itu ngaruh ke cara dia merawat orang tuanya
Betul, Kak Nunung. Ada yang membutuhkan para ahli untuk memulihkannya.
Kemarin antara maju dan tidak ikutan ini kak :((
Takut pas ngga bisa ikutan webinarnya. aku dah punya bukunya juga padahal. sayang banget yaa
Sebenarnya ada beberapa kelonggaran sih, Kak. Misal kita bisa menyimak melalui youtube. Lalu mengevaluasi sampai mana tahap pemulihan kita. Begitu…
aku masih perlu mengenal lagi apa itu inner child, makasih untuk pembahasannya ya mba
Siap… Sama-sama, Kak.
Setelah kemarin Abah meninggal, bayangan masa kecil menyeruak, muncul kenangan protektifnya, namun kadang kumerasa dilindungi saat protektif itu muncul, meski dari situ juga aku yang sekarang jadi lebih suka melawan. Ternyata itu luka masa kecil yaa.
Bisa jadi, kak Ghina…
setiap orang pasti punya kenangan kurang baik di masa lalu, tapi kita nggak boleh kalah dengan masa lalu ya..
Our life is too precious kalau kita terikat dengan masa yang tidak bisa diulang.
Selesaikan masa lalu itu yang bener, Kak. Karena meski kita merasa nggak ingin kalah dengan masa lalu, tapi nggak berusaha diselesaikan maka sewaktu-waktu bisa muncul dengan lebih nggak enak in. Hehehehe
Pernah baca tentang Inner Child, dan tertarik untuk cari tau lebih dalam. Setelah baca tentang Inner Child ini aku jadi sering merenung dan self-talk, ngomong ke diri sendiri biar bisa kenal diri sendiri huhu. Kadang terharu, kadang sedih sampe nangis. Gatau kalau efeknya sebesar itu. 🥲
Pengen banget ikut webinarnya. Langsung otw follow.
Makasih infonya Mbaaa😍
Monggo, Kak. Follow medsosnya nanti pasti dikabari kapan ada webinarnya lagi.