Kalau ke Museum Konferensi Asia Afrika, Jangan Lupa Mampir ke Toiletnya, ya!

Sekitar akhir tahun 2019 lalu, saya sempat jalan-jalan ke Bandung. Saya kemudian memasukkan Museum Konferensi Asia Afrika dalam daftar tujuan wisata selama di sana. Alasannya satu, karena tiket masuknya gratis.

Eh, nggak disangka, pilihan tersebut malah memberikan saya sebuah pengalaman yang unik. Alih-alih terkesima dengan segala cerita sejarah yang disuguhkan oleh Museum Konferensi Asia Afrika. Saya malah jatuh cinta sama toilet yang ada di sana.

Sampai-sampai nih ya, saya ingin berkata pada semua orang. Woi, kalau mau berkunjung ke Museum Konferensi Asia Afrika, jangan lupa mampir ke toiletnya, ya!

Ya iyalah Bambang. Itu toilet dibuat emang untuk pengunjung. Kali aja ada yang kebelet pipis atau berak. Gimana, sih?

Hehehe, maksud saya. Mau kebelet pipis, mau nggak kebelet pipis. Siapapun yang berkunjung ke Museum Konferensi Asia Afrika wajib mampir ke toiletnya.

Emang Ada Apa dengan Toilet Museum Konferensi Asia Afrika (KAA)?

Saya  nggak tahu ada berapa toilet yang ada di Museum Konferensi Asia Afrika. Tapi toilet yang saya maksud adalah toilet yang posisinya ada di dekat perpustakaan. Apa istimewanya toilet ini?

Toilet ini tuh merupakan toilet jenis lama. Beda banget dengan toilet-toilet jaman sekarang yang cenderung putih semua mulai dari tembok, lantai, sampai klosetnya.

Bahkan saya yakin, keberadaan toilet ini nggak bisa lepas dari sejarah dibangunnya Museum KAA itu sendiri.

Kalau membaca beberapa informasi di internet. Gedung yang nama lainnya adalah Gedung Merdeka ini sudah ada sejak zaman Hindia Belanda alias jaman penjajahan.

Pada perjalanannya, setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 1955. Gedung ini direnovasi agar lebih bagus karena akan digunakan sebagai tempat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.

Nah, jika boleh menebak-menebak, mungkin toilet ini masuk dalam agenda renovasi tersebut. Makanya standartnya bagus banget, nggak kalah sama toilet-toilet zaman sekarang. Malah punya keunikan tersendiri.

Baca Juga: Info Candi Borobudur Terbaru

Tampilan Toilet Museum Konferensi Asia Afrika

Unik, bersih, harum dan nyaman. Itulah kesan yang diberikan oleh toilet Museum KAA pada saya. Pertama kali masuk ke sana, saya juga langsung merasakan vibes jaman dulu.

Toilet ini terbagi atas dua bagian utama. Untuk bagian depan, saya mendeskripsikan jika bagian ini adalah bagian khusus tempat mencuci tangan dan tempat menunggu. Soalnya ada deretan wastafel di salah satu sisi tembok. Serta ada beberapa bangku sofa. Bayangkan, di toilet ada bangku sofa.

Terus, di bagian belakang atau bagian kedua terdapat bilik-bilik toilet. Kalau nggak salah klosetnya udah kloset duduk, sih. Uniknya, pintu bilik-bilik toilet tersebut adalah kayu yang modelnya juga pintu jadul gitu.

Keunikan lain dari toilet adalah lantainya. Ukurannya kecil-kecil dengan dua jenis warna, hitam dan putih yang diisusun selang-seling menyerupai papan catur. Rupanya lantai model begini dapat memberikan kesan nyaman, loh.

Baca juga: Oleh-Oleh Khas Jogja

Apa yang Bisa Kita Lakukan di Toilet Museum KAA Selain Buang Hajat?

Mengingat toilet ini super bersih dan harum. Duduk lama di sofa yang tersedia nggak bakalan bikin risih. Saya sendiri malah betah. Duduk-duduk untuk mencari insprasi atau sambil baca buku rasanya nggak masalah.

Ih beneran tahu. Saya nggak bohong. Tapi ya kembali ke pribadi masing-masing, sih. Mungkin, hanya saya saja yang kepikiran baca buku di toilet. Sebersih dan seharum apapun toiletnya. Hehehe.

Ya kalau nggak setuju dengan ide saya tersebut, bisa coba ide yang lain. Yakni foto-foto atau bikin konten Tiktok atau Reels.

Yakin, deh. Toilet ini bakalan bagus banget jika difoto atau divideoin. Kalau kata anak sekarang, instagrameble banget. Bahkan foto di dalam bagian bilik toiletnya sekalipun, bakalan tetap bagus. Lumayan lah buat nambah koleksi foto atau video dengan latar yang unik.

Baca Juga: Wisata Keluarga di Semarang

Yup, itu adalah pengalaman saya sekitar 4 tahun yang lalu. Saya berharap kondisi toilet Museum Konferensi Asia afrika yang sekarang nggak berubah. Kalau bisa malah harus upgrade tanpa meninggalkan kesan Tempoe Doeloenja. Setuju?

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.