Reparenting Inner Child Menghebatkan Masa Dewasa

Reparenting Inner Child Menghebatkan Masa Dewasa, Bisakah?

Journal-yuni.com – Nggak bisa dipungkiri bahwa aku emang kerap terganggu dengan memori-memori dari masa lalu. Pertengkaran dalam rumah tangga seringkali mengusikku. Membuatku merasa nggak nyaman kala menjalin hubungan serius dengan seseorang.

Kadang, aku merasa bingung. Bagaimana mungkin dua orang yang katanya saling mengasihi dan memutuskan menikah. Tapi mereka sering bertengkar saat mengarungi bahtera rumah tangganya. Benar-benar nggak masuk akal bagi anak kecil.

Sayangnya, adegan pertengkaran itu masih enggan pergi meski aku berusaha mengenyahkan. Mungkin dia akan mengembara entah kemana, membuatku seolah lupa dan menganggap nggak punya kenangan itu.

Namun ada masanya, tiba-tiba dia muncul dan membuatku nggak nyaman. Terlebih ketika ada seorang yang mungkin kupikir sedang mendekatiku.

Hal ini membuatku merasa defensive hingga tanpa sadar membuat orang itu menjauh. Akibatnya, kedua orang tuaku merasa khawatir akan statusku yang masih betah dengan kesendirian. Maafkan aku.

Proteksi Kuat dari Alam Bawah Sadar

Pernah nggak sih, kita berpikir bahwa ada kalanya alam bawah sadar terlalu mengontrol kehidupan kita?

Maksudnya begini, saat kita mengalami kondisi yang menimbulkan traumatic. Kita akan memiliki satu bagian diri yang menolak untuk mengulang kondisi yang sama. Dan itu akan terekam dalam alam bawah sadar kita.

Reparenting Inner Child

Menurut Dr. Dr. Adi W. Gunawan, ST., MPD., CCH dalam webinar ketiga pada rangkaian acara Lauch buku Luka Performa Bahagia beberapa waktu lalu, fungsi utama alam bawah sadar adalah memproteksi diri agar nggak mengalami trauma yang sama.

Maka, mungkin inilah yang terjadi. Alam bawah sadar berusaha memproteksi diri lewat perasaan/emosi, sensasi fisik, suara-suara yang muncul di kepala, mimpi dan intuisi untuk menjauhi akar permasalahan yang ada. Pertengkaran dalam rumah tangga. Dengan cara menghindari pernikahan.

Makanya, nggak mengherankan jika ada beberapa orang yang mengalami nasib yang sama. Belum menemukan belahan hatinya meski secara usia sudah lebih dari cukup untuk berumah-tangga.

Reparenting Inner Child

Pak Adi menyebutkan bahwa menyembuhkan inner child yang terluka bukan hal yang mudah. Tapi, membiarkannya berlarut-larut dengan berusaha melupakannya juga bukanlah sebuah solusi.

Tuhan menciptakan manusia untuk sesuatu yang baik. Maka ketika ada sesuatu yang menimbulkan luka, kita harus berusaha untuk segera menyembuhkannya. Karena kalau nggak, dia akan mengembara dan akan muncul tiba-tiba. Dan itu akan sangat mengganggu kehidupan kita yang dewasa.

Sehingga, kita perlu mencari akar permasalahan dari inner child yang ada dalam diri. Ingat ya! inner child ini adalah memori masa kecil yang ada dalam tubuh dewasa. Jadi, kita nggak boleh bersikap kasar. Apalagi sampai mengusir.

Kita hanya perlu memberikan apa yang setiap anak kecil butuhkan. Yaitu rasa aman.

Oleh karena itu, setiap ada inner child terluka yang mencoba untuk menunjukkan dirinya, kita hanya perlu memberikan perhatian. Curahkan cinta dan kasih sayang kita padanya. Beri pelukan agar dia merasa terlindungi.

Lalu, kita reparenting inner child tersebut. Hingga, dia nggak lagi merasa terluka. Pada akhirnya membuat kita semakin bahagia.

Jika belum bisa melakukannya sendiri, maka nggak ada salahnya meminta bantuan para ahli. Karena, kita nggak akan bisa kemana-mana jika bagian diri yang terluka itu masih membayangi.

Tanda Keberhasilan Mengatasi Trauma

Pernah nggak sih kita merasa sudah baik-baik saja, tapi memberikan reaksi yang berlebihan untuk satu masalah. Katakan saja, kita merasa sudah move on dari mantan pasangan. Tapi, kita marah berlebihan saat ada yang menyebutkan sesuatu yang berkaitan dengannya.

Meski pun kita bilang bahwa kita sudah melupakan kepahitan perpisahan dengan pasangan, tapi bersikap nggak enak jika ada yang menyentil tentangnya. Ya itu tandanya kita belum move on dong.

Lalu apa sih tandanya kita sudah nggak terganggu lagi dengan inner child?

Dalam hal ini, Pak Adi menjelaskan bahwa kita sudah berhasil reparenting inner child ketika kita bisa netral. Artinya, kita nggak memberikan respon negative pada inner child yang muncul. Atau mudahnya kita nggak mengulangi hal-hal yang seharusnya nggak perlu kita lakukan.

Jadi, look into your soul! Masih adakah inner child yang membuatmu bereaksi negative. Kalau iya, segera sadari itu dan proses dengan tepat.

Reparenting Inner Child Menghebatkan Masa Dewasa

Pak Adi bercerita bahwa ada seorang yang datang pada beliau. Katanya, dia tu suka sekali pada ayam petarung. Dalam benaknya, dia selalu melihat ayam petarung itu bagus banget. Hingga, dia nggak bisa kalau nggak membelinya.

Setelah membeli ayam itu, ada bagian dirinya yang menyesal. Apalagi kala melihat uangnya ludes karena ayam itu.

Bagian dirinya yang ingin membeli ayam petarung adalah inner childnya. Sedangkan bagian dirinya yang menyesal adalah sosoknya yang dewasa.

Dengan menggunakan teknik yang tepat, Pak Adi berhasil menumbuhkembangkan inner child orang tersebut. Sehingga setelah beberapa waktu berlalu, dia nggak lagi suka membeli ayam. Tapi, dia malah berternak ayam.

See! Reparenting inner child ternyata mampu menghebatkan masa dewasa. Kini, dia memiliki ayam dan uangnya pun semakin bertambah.

Tips Memproses Inner child Agar Dapat Menghebatkan Masa Dewasa

Bolehkah kita memproses inner child sendiri tanpa bantuan para ahli?

Tentu saja. Ketika kita nggak berhasil melakukannya, barulah kita meminta bantuan para ahli. Atau kalau ingin lebih mudah, ya langsung saja menemui mereka. Nggak perlu merasa malu, Gaes. Sadari saja kalau kita membutuhkan bantuan.

Namun kalau kita ingin melakukannya sendiri, Pak Adi sudah memberikan tips reparenting inner child yang baik, sebagai berikut:

  1. Jangan pernah membenci diri sendiri. Bagaimana pun nggak menyenangkannya inner child yang ada, itu bukanlah kesalahan kita. Jadi, nggak perlu membenci.
  2. Belajar memberikan cinta dan kasih pada diri sendiri terutama ketika inner child muncul. Berikan dia rasa aman.

Kalau kita berhasil pada kedua tips ini, maka memproses trauma akan menjadi lebih mudah. Pada akhirnya masa dewasa akan terasa jauh lebih hebat dan menakjubkan.

Related Posts

32 thoughts on “Reparenting Inner Child Menghebatkan Masa Dewasa, Bisakah?

  1. Saya masih susah dengan tips mengatasi inner child ini biar ngga muncul.. bahkan ngga sadar ketika inner child itu muncul. Yang mana dan gimana.. emang harus peka sedangkan saya orangnya kurang peka hikkksss

    1. Nah, berarti harus dilatih kepekaannya, Kak. Kalau emang mengganggu sekali akan lebih baik kalau minta bantuan para ahli, Kak. Biar lebih tepat dan terarah penangannya. Semangat, Kak Lita…

  2. Luka masa kecil itu memang berat ya, Mbak. Karena bisa menimbulkan trauma, dan bisa terus terbawa sampai dewasa,. Makanya perlu sekali dicari solusinya, termasuk dengan bantuan orang-orang terdekat untuk menyembuhkannya.

    1. Betul sekali, Pak Bambang. Kadang luka dan trauma itu mengganggu di masa dewasa. Memang harus diselesaikan sih katanya. Biar nggak mengganggu dan kita bisa lebih bahagia.

  3. Inner child memang bosa mempengaruhi perjalanan parenting kita saat menjadi orang tua ya mba
    makanya harus bisa dihadapi si inner child ini, meski sulit

  4. Saya juga dulu seperti itu, trauma masa kecil yang mengganggu hingga umur dewasa. Tetapi akhirnya mulai sadar sih kalau hal ini bakal mempengaruhi terus sayanya enggak maju-maju. Nah sejak saat itu lama-kelamaan trauma masa kecil ini malah hilang. Alhamdulillah.

  5. Aku sejak Juli tahun ini mulai melakukan healing rutin termasuk untuk mengatasi Inner Child dan memang gak mudah. Cuma setelah healing pelan2 nemu akar masalah yang bahkan akunya sendiri gak sadar itu apa. Di dalam healing pun, aku belajar juga untuk lebih mencintai diri sendiri. Aku mulai sadar juga kalo diri sendiri berharga. Itu juga related sama 2 tips yang diberikan oleh Pak Adi.

  6. Rata-rata banyak yang gak sadar tentang inner child ini termasuk aku dulu. Pas punya anak, kok anak tantrum ikutan tantrum dan aku cari tahu ternyata itu efek luka lama yang gak sembuh. Akhirnya aku ikut seminar dan kelas-kelas parenting dan membaca buku. Syukur sekarang sudah jauh lebih baik

  7. Makasih Sharingnya mba. Saya jg mrasa ada inner child yg muncul yg bikin trauma dr itu, tp sbg manusia dewasa skrg sy berusaha memahami mereka aja fan berusaha jd ortu yg baik utk anak walau berat

    1. Hal itu memang nggak menutup kemungkinan sih, Kak. Berdasarkan dari pengalaman para ahli, memang sudah banyak sekali yang mendatangi beliau untuk menyembuhkan inner child.

  8. aku pun pas kecil ya sempet liat orang tua bertengkar, sampe akhirnya nemuin semacam role model keluarga harmonis temenku pas SMP, dari titik itu aku berharap bakal punya rumah tangga yang harmonis, pun aku sendiri tipikal orang yg males cari ribut dan lebih suka bucin heu. semoga isu inner child tsb emang bisa teratasi ya

  9. Aku penasaran sama innerchild ini, kemarin udah beli bukunya sih tapi blm selesai baca hehehe. Apalagi ibuku juga salah satu orang yg sulit mengubah pikirannya jadi lebih positif karena innerchild

  10. Kalau mencoba memahami beberapa teori psikolog, inner child ini perlu sekali dirangkul. Dan bisa banget diajak ngobrol. Ya, memang kesannya “aneh” karena ngobrol sama diri sendiri.
    Tapi ini bisa mengurangi beban masa lalu yang bisa jadi trigger untuk melangkah ke masa depan.

  11. Dari diri sendiri dulu ya dikuatkan, lalu mencoba untuk netral dengan inner child. Kalau yakin dan mindsetnya lebih positif pasti bisa. Karena memang inner child gak bisa dihempaskan begitu aja

  12. Bagaimana pun tujuan hidup kita, tentu bahagia adalah tujuan akhirnya. Nah, masalahnya, cara seseorang utk menjadi bahagia itu beragam. Ada yang bahagia sejak kecil. Tapi ada juga yang melarat, hingga susah dulu sampe dewasa, tapi dia emang bisa hidup bahagia dari situ.

    Intinya kita harus bersyukur di setiap lembaran hidup. Yang penting, kita nggak mengulangi hal-hal yang seharusnya nggak perlu kita lakukan. Noted banget tuh kak.

  13. Inner child ini masih sering menggangguku, ada hal2 sepele yang membuat aku marah berlebihan dan tiba2 nangis sesenggukan. Udah berusaha berdamai sih, tp ternyata ggsemudah itu, kalau tiba2 inget luka masa lalu malah meledak lagi.

  14. Saya sudah membeli buku ini mba, menurutku materinya bagus. Dari bab demi bab yg saya baca sedikit demi sedikit terkuak inner child yg saya punya. Sedih sih tapi sekarang jauh lebih lega berdamai dengan masa lalu

  15. Pengetahuan tentang inner child ini masih jadi hal baru buatku dan masih butuh banyak sekali referensi. Senang banget bisa baca tulisan Kak Yuni ini, jadi tambah pengetahuan dan cara merangkul inner child yang terluka

  16. Sebuah keuntungan karena mbak menyadari punya inner child saat belum menikah, jadi bisa mulai reparenting dari sekarang. Harapannya nanti ketika bertemu dengan laki-laki yang siap membina rumah tangga bersama, sudah bisa berjalan lebih smooth.

    Saya baru sadar dan tahu tentang inner child setelah punya suami dan anak. Barulah terjawab kenapa begini dan begitu. Saya pun punya trauma dengan pertengkaran rumah tangga kedua ortu saya.. dan masih berproses hingga sekarang. Semangat untuk menghebatkan diri kita ya mbak.. 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.